Senin

Dr. Oz, Satu dari 500 Tokoh Muslim Inspirasi Dunia


Anda yang suka menonton “Oprah Winfrey Show” pasti tak asing lagi dengan Dr Oz. Ia adalah pengasuh rubrik kesehatan di acara Oprah, sebelum kemudian membikin acara kesehatan sendiri.

Dr Oz, yang memiliki nama lengkap Mehmet Cengiz Oz, adalah seorang cardiothoracic surgeon (dokter ahli bedah jantung) kenamaan di Amerika. Dokter beragama Islam dan berdarah campuran Turki-Amerika ini mencampurkan metode pengobatan Barat dengan Timur — misalnya akupunktur.

Bila sedang tidak syuting atau praktik dokter, Dr Oz disibukkan dengan tugasnya sebagai pengajar di Columbia University. Ia juga mengisi kesibukan dengan menulis (ada 400 lebih tulisan — juga beberapa buku telah terbit atas namanya).

Dengan prestasinya yang sedemikian, dikutip dari website Oprah, pada tahun 2009 Dr Oz masuk sebagai salah satu dari 500 tokoh muslim yang menginspirasi dunia.


Di beberapa kesempatan, Dr Oz menyampaikan bahwa puasa adalah

Minggu

Solusi Islam Atasi Kemiskinan


Muqaddimah
Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tak hanya di desa-desa, namun juga di kota-kota. Di balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, misalnya, tidak terlalu sulit kita jumpai rumah-rumah kumuh berderet di bantaran sungai, atau para pengemis yang berkeliaran di perempatan-perempatan jalan.

Anehnya, secara statistik jumlah mereka bukan berkurang, tetapi justru terus bertambah. Terlebih lagi setelah krisis ekonomi melanda Indonesia. Disadari atau tidak, semua itu merupakan buah pahit Kapitalisme.

Sebab memang sistem kapitalislah yang diterapkan saat ini dan kemiskinan itulah yang terjadi. Bahkan tak sekadar kemiskinan, kesenjangan pun makin lebar antara orang kaya dan miskin. Pada tahun 1985, misalnya, pendapatan per kapita Indonesia sebesar 960 dolar AS per orang per tahun. Dari angka tersebut 80% daripadanya dikuasai hanya oleh 300 grup konglomerat saja. Sedangkan sisanya 20%, diperebutkan oleh hampir 200 juta penduduk.*1)

Harus diakui, kapitalisme memang telah gagal menyelesaikan problem kemiskinan. Alih-alih dapat menyelesaikan, yang terjadi justru menciptakan kemiskinan. Jika demikian halnya mengapa umat tidak segera berpaling pada Islam? Sebagai sebuah ideologi, Islam memiliki banyak aturan untuk mengatasi berbagai problem kehidupan, termasuk kemiskinan. Bagaimana Islam mengatasi masalah ini, makalah ringkas ini mencoba untuk menguraikannya.

Pandangan Islam Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah salah satu sebab kemunduran dan kehancuran suatu bangsa. Bahkan Islam memandang kemiskinan merupakan suatu ancaman dari setan. Allah SWT berfirman:

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan.” (Qs. al-Baqarah [2]: 268).

Karena itulah, Islam sebagai risalah paripurna dan sebuah ideologi yang shahih, sangat consen terhadap masalah kemisikinan dan upaya-upaya untuk mengatasinya.

Dalam fiqih, dibedakan antara istilah Fakir dan Miskin. Menurut pengertian syara’, Fakir adalah orang yang tidak mempunyai kecukupan harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa.*2) Dari pengertian kedua istilah di atas, nampak bahwa kriteria Fakir sebenarnya telah mencakup kriteria Miskin. Karena itulah dalam pembahasan selanjutnya, kedua istilah tersebut dilebur dalam satu istilah yaitu miskin, dengan pengertian orang-orang yang tidak mempunyai kecukupan harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, berupa pangan, sandang dan papan.

Syariat Islam telah menetapkan kebutuhan pokok (primer) bagi setiap individu adalah pangan, sandang, dan papan. Allah SWT berfirman:

“Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (Qs. al-Baqarah [2]: 233).

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal sesuai dengan kemampuanmu.” (Qs. ath-Thalâq [65]: 6).

Rasulullah Saw bersabda:

“Dan kewajiban para suami terhadap para istri adalah memberi mereka belanja (makanan) dan pakaian.” [HR. Ibn Majah dan Muslim dari Jabir bin Abdillah].

Sebagai kebutuhan primer, ketiga hal tersebut, harus terpenuhi secara keseluruhan. Jika

Rabu

KESESATAN DEMOKRASI




Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber hukum tertinggi bagi manusia. Adapun demokrasi, maka ia tidak bersumber dari keduanya.

Menjelang pesta demokrasi alias pemilu, begitu banyak persiapan yang dilakukan para pengusungnya, dari kota sampai ke desa; berjajar partai-partai yang akan turun ke kancah politik. Mulai dari partai senior sampai partai junior, bahkan partai yang menisbahkan dirinya kepada Islam pun tidak mau ketinggalan mengambil posisi dalam memeriahkan pesta demokrasi. Tak ada satu jalan pun kecuali telah dipenuhi dengan baleho-baleho para caleg, spanduk-spanduk partai, stiker, dan atribut lainnya. Beribu-ribu ungkapan dan janji yang tertulis hampir di setiap sudut kota. Semuanya terkadang buat bingung; yang mana harus dipilih?

Adanya pesta raksasa semodel ini terkadang membuat orang lupa segalanya sehingga ia tak pernah mau tahu apakah menerapkan demokrasi beserta tetek bengeknya dibolehkan dalam agama kita??! Selain itu, banyak diantara manusia yang masih salah paham, sehingga menyandarkan demokrasi kepada Islam atau memasukkannya ke dalam Islam dengan menamakannya sebagai siyasah syar’iyyah (politik Islam). Padahal Islam sangat bertentangan dengan demokrasi. Jadi, tak mungkin

Selasa

Solusi Tuntas atasi Seks Bebas

Pendahuluan

Pergaulan bebas rupanya masih menjadi bagian dari kehidupan remaja di negeri muslim ini. Di tengah keinginan menyelamatkan para remaja dari pergaulan bebas, sebuah video pesta seks pelajar justru beredar baru-baru ini. Kali ini terjadi di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Dalam video tersebut terdapat tujuh anak laki-laki serta dua perempuan melakukan pesta mesum di hutan Semampir, Desa Semugih Rongkop. Diduga kuat peristiwa itu diabadikan dengan kamera ponsel oleh salah satu pelaku (Kompas.com, 01/02/2012).

Dewasa ini, pergaulan bebas di kalangan generasi muda kian tak terkendali, semakin liar. Hal ini sangat membuat miris ditengah gelora kebangkitan Islam yang mulai menggema gaungnya. Menjadi sebuah ironi, Indonesia dengan berpenduduk sekitar 240 juta jiwa, mayoritasnya adalah kaum muslimin, tetapi realitas di masyarakat, pelaku pergaulan bebas atau free sex adalah kalangan muda muslim.

Maraknya seks bebas di kalangan generasi muda yang demikian parahnya, membuat kita harus berpikir ekstra keras bagaimana agar kita, anak-anak kita, keluarga kita, saudara dan karib kerabat, tetangga dan sahabat serta orang-orang yang kita sayangi tidak terjerumus ke dalam lembah maksiyat tersebut.

Data BKKBN menyebutkan bahwa separuh gadis di Jabodetabek sudah tidak perawan lagi dan mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah, bahkan tidak sedikit yang mengalami kasus hamil di luar nikah. Begitu juga yang terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Medan, Bandung dan Yogyakarta.

Masih menurut survey yang dilakukan BKKBN, bahwa di Surabaya, perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 persen, di Medan tercatat terdapat 52 persen gadis yang sudah tidak perawan lagi, di Bandung sebanyak 47 persen, dan Yogyakarta terdapat 37 persen (BKKN.go.id, 2010).

Seks bebas di kalangan remaja yang semakin liar berimplikasi pada meningkatnya jumlah kasus kehamilan di luar nikah yang kemudian memicu munculnya persoalan lain, yaitu praktek aborsi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), sepanjang tahun 2008 hingga 2010. Kasus aborsi terus meningkat, dan sekitar 62 persen pelakunya adalah anak di bawah umur.

Sekjen Komnas PA, Samsul Ridwan, menyatakan bahwa sepanjang tahun 2008 hingga 2010 itu, kenaikan kasus aborsi mencapai 15 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2008, ditemukan sekitar dua juta jiwa anak korban aborsi. Tahun berikutnya naik menjadi 300 jiwa sedangkan tahun 2010 jumlahnya 200 ribu jiwa.

Pergaulan Bebas, Persoalan Ideologis



Semua kalangan tentu sepakat bahwa pergaulan bebas,

Senin


Nabi Muhammad adalah Nabi yang ditunggu umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari dua agama itu sangat jauh berbeda. Mungkinkah Nabi Muhammad adalah Nabi dari kedua agama itu?

Jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah juga nabi dari umat Yahudi & umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat-ayat yang menyatakan kalau kedatangan Nabi Muhammad sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab-kitab suci pendahulunya, seperti Taurat & Injil. Lima kitab awal dari kitab Perjanjian Lama Kristen adalah apa yang oleh umat Yahudi diakui sebagai Torah/Taurat/Pentatouch, yaitu kitab-kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Sedangkan 4 kitab awal dari kitab Perjanjian Baru Kristen diakui oleh umat Kristen sebagai kitab Injil, yaitu kitab-kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.

Sekalipun umat Islam menyatakan bahwa Taurat & Injil yg diturunkan pada nabi Musa & Nabi Isa adalah bukan yg diakui oleh umat Yahudi & Kristen sekarang, atau setidaknya sudah berubah/diubah dari aslinya, banyak para pakar ilmu Kristologi yang menyatakan kalau dalam Taurat & Injil yg diakui umat Yahudi & Kristen sekarang inipun masih terdapat sisa-sisa ramalan kedatangan Nabi Muhammad (sebenarnya sangat menarik untuk menampilkan argumentasi pembuktiannya, tapi hal itu bukan topik utama dari tulisan ini).

Jika umat Islam mempercayai ramalan kedatangan nabi Muhammad dalam kitab Taurat & Injil, bagaimana dengan kitab suci umat Hindu? Mungkinkah Nabi Muhammad Saw adalah seorang Nabi yang kedatangannya sudah diramalkan oleh kitab suci umat Hindu? Itulah yang akan kita bahas di sini.

Sebenarnya dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang dapat dijadikan acuan bahwa Nabi Muhammad mungkin saja adalah juga seorang Nabi yang ramalan kedatangannya terdapat dalam kitab-kitab suci umat agama lain, diantaranya :

1. Dalam surat Asy-Syu’ara(26) ayat 196 : “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu”. Jadi dalam kitab-kitab sebelum Al-Qur’an juga terdapat wahyu Tuhan

2. Dalam surat Fatir(35) ayat 24 dinyatakan bahwa tidak ada suatu kaum di masa lalu tanpa seorang pemberi peringatan

3. Dalam surat Al-Ahzab(33) ayat 40 dinyatakan bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan dan merupakan penutup para nabi (utusan terakhir)

Minggu

40 Alasan Menolak Perubahan dengan Jalur Demokrasi


MUQADDDIMAH


Segala puji hanya milik Allah, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya serta orang yang berwala' kepadanya. Amma ba'du.


Ini adalah kajian singkat yang menjelaskan tentang beberapa indikasi destruktif dan bahaya yang ditimbulkan akibat terjun dan berkiprah dalam kancah demokrasi yang banyak orang tertipu dengannya dan menggantungkan harapan mereka kepadanya meskipun hal ini jelas-jelas bertentangan dengan manhaj Allah sebagaimana yang akan dijelaskan dalam kajian yang singkat ini, apalagi banyak sudah pengalaman pahit yang didapat oleh orang yang tertipu dengan permainan ini dan ditampakkan sisi penyimpangan dan kesesatannya.


Penyusun




EMPAT PULUH INDIKASI DESTRUKTIF


Dengan memohon taufiq kepada Allah, kami berusaha memaparkan beberapa indikasi destruktif (kerusakan) demokrasi, pemilihan umum dan berpartai:


1. Demokrasi dan hal-hal yang berkaitan dengannya berupa partai-partai dan pemilihan umum merupakan manhaj jahiliyah yang bertentangan dengan Islam, maka tidak mungkin system ini dipadukan dengan Islam karena Islam adalah cahaya sedangkan demokrasi adalah kegelapan.
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak (pula) kegelapan dengan cahaya." (Surat Faathir: 19-20)


Islam adalah hidayah dan petunjuk sedangkan demokrasi adalah penyimpangan dan kesesatan.


"Sungguh telas jelas petunjuk daripada kesesatan." (Surat Al-Baqarah: 256)


Islam adalah manhaj rabbani yang bersumber dari langit sedangkan demokrasi adalah produk buatan manusia dari bumi. Sangat jauh perbedaan antara keduanya.




2. Terjun ke dalam kancah demokrasi mengandung unsur ketaatan kepada orang-orang kafir baik itu orang Yahudi, Nasrani atau yang lainnya, padahal kita telah dilarang untuk menaati mereka dan diperintahkan untuk menyelisihi mereka, sebagaimana hal ini telah diketahui secara lugas dan gambling dalam dien. Allah Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menaati sekelompok orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah kamu beriman." (Surat Ali 'Imran: 100)


"Karena itu janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar." (Surat Al- Furqaan: 52)


"Dan janganlah kamu menaati orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung(mu)."(Surat Al-Ahzaab: 48)

Senin

Dari Catatan Seorang Akhwat


Saudaraku yang dirahmati Allah.. 
Masihkan kita tega berkata “Suamiku I belong to you and you belong to me?”. Sadarilah sepenuhnya bahwa suami adalah milik Allah, bukan milik kita, ia hanya amanah. Bersiap menikah berarti siap untuk dimadu, siap untuk ditinggal mati/syahid, siap menderita, siap menjadi sahabat, siap menjadi partner dalam duka maupun suka, siap segalanya bahkan siap dicerai. Rasanya tidak pantas jika kita telah menyadari bahwa diri kita tidaklah sempurna dihadapan siapapun, termasuk dihadapan suami tercinta. Apalagi sudah faham atas hukum poligami , kemudian mencari-cari alasan dan dalil untuk melarang apalagi mengultimatum suami agar jangan sampai poligami. Mencintai bukan berarti mengekang, mencintai berarti kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Menikah berarti ibadah.


Bukankah kita diutamakan untuk peduli dan mengutamakan saudara kita? Bukankah pengorbanan di jalan Allah itu pahalanya sangat besar?
Bukankah pengorbanan berarti memberi atau merelakan apa yang paling kita cintai dan sayangi untuk Allah, Islam dan saudari kita? 
Sadarkah wahai ummahat..
Bahwa ada banyak muslimah lain di luar sana yang ingin menjaga kehormatannya, menjaga kesucian interaksinya dengan lawan jenis, ingin merasakan support dari seorang